Jumat, 07 Februari 2014

Are you proud of me, Mumsky?

Hi all ~ hari ini posting nya agak sedikit mellow nih. Haha. Mellow nya kali di luar perkara cinta dan dimusuhin temen kantor kali ini… jarang kan?

Jadi siang ini aku pergi ke Singapore untuk menggantikan Bapak Boss meeting dengan agency untuk kantor Singapore. Pada saat di lounge, lihat dua orang ibu-ibu paruh baya yang tadi nya duduk terpisah lumayan jauh. Satu orang Ibu lalu menerima telepon di smartphone nya, seperti nya itu phone call dari anaknya yang sudah nunggu di di Changi airport.

Setelah Ibu itu menyelesaikan pembicaraannya dengan anaknya itu, si Ibu yang satu lagi nge-ringsek deketin Ibu yang baru aja teleponan sama anaknya itu. Aku gak ngeh kalau dua Ibu itu akhir nya jadi ikrib sampai aku gak sengaja overheard omongan mereka:

Ibu A: "… saya juga mau ketemu anak saya di Singapore"
Ibu B: "Begini ya anak jaman sekarang, saking sibuknya jadi kebalik. Dulu anak-anak yang kunjungin orang tua, sekarang orang tua yang harus datengin anak dan cucu"
Ibu A: "Kalau anak saya tinggalnya sebetulnya di Australia, Bu. Harusnya dia datang kemari, cuma dengar berita ada banjir akhirnya dia bilang kita ketemuan di Singapore aja"
Ibu B: "Anak saya juga kerja di Singapore… udah 6 tahun gak pulang ke Indonesia. Dapat beasiswa ke Jepang, lalu langsung kerja di Singapore. Pintar anak saya, Bu"
Ibu A: "Anak saya juga pandai, Bu. Bisa 6 bahasa dia"
Ibu B: "Kalau anak saya MSc, Bu… anak-anaknya juga pintar seperti Ayah nya"

And the conversation goes on…

credit: here
Pada intinya, dua Ibu itu saling membanggakan anak-anak mereka. I suddenly remembered my mother. There was time when I was working in Korea and Singapore, and my mother came to visit me. I wonder, if my mother has ever been in that situation I just witnessed? I question my self if my mother was ever telling some stranger about how great I am because I am her daughter?

The two faces of the ladies I met at the lounge were precious… Binar di mata mereka mengatakan bahwa mereka sungguh-sungguh bangga sama anak-anak mereka, dan kebanggaan itu menutupi fakta bahwa mereka sesungguhnya sedih gak bisa setiap saat bertatap muka dengan anak-anak mereka.

Those two ladies teach me lots of things. It inspires me much. Aku bayangkan betapa bahagia nya anak-anak mereka jika tahu Ibu yang melahirkan mereka menjunjung anak-anaknya sampai ke langit. Dan mungkin, jika mereka tahu… mereka gak akan menjadi anak  kurang ajar yang nyuruh Ibu nya travelling all the way to Singapore (walaupun deket) cuma karena takut banjir, atau gak pulang kampung selama 6 tahun karena kehidupan di luar negeri lebih nyaman dibandingkan hidup di tanah kelahiran Ibu nya.

And it again reminded me of my Mumsky. Although I question it, but I believe all parents must be proud of their kids. No matter how wrong their kids are, tetap aja anak-anak itu adalah anak-anak yang mereka banggakan dan selalu di pamerkan kepada orang lain.

So many things I do wrong to Mumsky. Ngerepotin dia kalau aku gak bisa pulang ke rumah pas weekend (Mums, harus ketempat ku ya. Pokoknya harus datang!), minta dia bawain sesuatu yang aku gak sengaja tinggalkan di rumah (Mums, bawain aku ini/itu. Penting banget, Mums. Kalau Mama gak bisa, suruh supir aja), maksa dia yang lagi sibuk kerja untuk datang ke tempatku karena lagi ada discount di satu mall (Udah lama gak shopping bareng, sayang anak apa sayang kerjaan sih?), dan lain-lain.

Have I been well enough to make my Mumsky do all those things for me? Have I been doing great enough that it's all worth the proudness she has towards me?

Sebelum naik ke pesawat, aku telepon Mumsky. Pamitan sama dia dan minta doa, as I always do before travelling. She said a prayer and I almost cried listening her wishes to God to keep me save while doing my works. In my heart, I promise her I would be better… I would be the daughter she'll be so proud of, the one she can brag about to everyone in the world! Dengan itu, aku berharap bahwa kebanggan dia terhadap aku bisa mengobati all the pain I caused her for so long.

By the way, I really love airports… it gave me many things which quite inspire me. Selain kisah dua Ibu tadi, ada juga seorang petugas tarmac bandara yang bikin aku senyum-senyum pada waktu sebelum take off. Petugas itu memberikan arahan kepada captain pesawat dengan tangannya sambil berlari supaya pesawat berada di jalur yang tepat untuk proses taxi menuju runway. Pada saat pesawat sudah berada di posisi yang cukup clear, dia beri tanda okay kepada Captain. Lalu, the unexpected thing happened… he bowed a little, give a salutation to the captain right after, and waving his hand while smiling; as if he's wishing the captain and the aircraft he's driving a safe flight.

Small little thing, tapi bego aja si Om Captain kalau sampai gak merasakan satu sensasi di hati nya setelah treatment kecil dari petugas tarmac itu. Aku aja yang ngeliat itu jadi senyum-senyum sendiri. It bright up my mood yang agak riweuh karena gak tenang ninggalin kerjaan yang di Jakarta. It taught me that one little thing can make a big difference.  

And that's all for today… many things I have to finish this evening. Besok weekend tapi masih harus interview satu candidate yang potential dijadikan 'ban serep' setiap aku gak ada di kantor Singapore. 

Until then,

Vee

0 komentar:

Posting Komentar

© It's a Sane Corner!! 2012 | Blogger Template by Enny Law - Ngetik Dot Com - Nulis